Minggu, 24 Maret 2013

TULISAN 1


Konsep Sehat

Kesehatan adalah salah satu konsep yang sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mengidentifikasikan kesehatan, kesakitan dan penyakit (Gochman, 1988; De Clercq, 1993).
Sedangkan menurut “World Health Organization” pada tahun 1947, kesehatan diartkan sebagai :
“… keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan…”
Itu adalah beberapa konsep sehat dari beberapa sumber yang saya dapatkan, namun kalau menurut saya sendiri konsep sehat adalah keadaan dimana fisik dan mental seseorang dapat bekerja dengan normal sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga kita dapat menikmati hidup.

Sumber : Smet,Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. JKT. PT.Grasindo

SejarahKesehatan Mental

Secara umum secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yatitu periode ilmiah dan periode pra-ilmiah.

     1.    Periode Pra-Ilmiah (Primitif)

    Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental sudah muncul dalam konsep primitive animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia di kuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang ada zama dulu percaya bahwa angin bertiup, ombang mengalun, batu berguling dan pohon tumbuh karena adanya pengaruh rih yang tinggal di dalamnya. Dan orang yunani percaya bahwa gangguan mental dapat terjadi karena kemarahan dewa dan membawa pergi jiwanya. Dan untuk menghindari kemarahan dewa mereka melakukan sesaji dengan mantra dan diadakannya korban (tumbal).

Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan seperti pendekatan naturalism ( aliran yang berpendapat kalau gangguan mental atau fisik adalah akibat dari alam). Dan Hipocrates menolak adanya pengaruh dari roh, dewa, setan atau hantu. Kemudia ide naturalistic ini dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.

Selanjutnya pendekatan naturalistic tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorag dokter dari prancis, Phillipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan social untuk memecahkan masalah penyakit mental. Setelah ia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris, pasien yang maniac atau memiliki penyakit mental di rantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Pasien yang telah dirantai kurang lebih selama 20 tahun dan dipandang sangat berbahaya jika dibawa berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, akhirnya diantara mereka banyak yang berhasil dan tidak menunjukan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.

     2.    Periode Ilmiah (Modern)

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan ganguan mental, yaitu dari irrasional dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional dan ilmiah. Itu terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat pada tahun 1738. Pada saat itu Benyamin Rush (1745-1813) sedang menjadi anggota staff medis di rumah sakit Penisylvania. Di rumah sakit terdapat 24 pasien yang dianggap mengidap sakit ingatan atau orang gila yang disebut lunaties. Pada saat itu masih sedikit sekali ilmu tentang penyakit kegilaan dan kurangnya pengetahuan untuk menyembuhkannya. Akibatnya seluruh pasien dikurung di dalam sel yang saluran ventilasinya sangat kurang dan sekali-sekali mereka diguyur menggunakan air.

Rush memberikan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang mengalami gangguan mental tersebut dengan memberikan motivasi untuk mau bekerja, rekreasi dan mencari kesenangan.

Perkembangan abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge bersamaan dengan gerakan-gerakan yang teroganisir. Perkembangan kesehatan mental juga dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh tersebut banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Usaha dari Dorothea Lynde Dix mula-mula diarahkan pada para penderita gangguan mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Dalam pekerjaan Dix ini merupakan faktorpenting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental.

Pada tahun 1909 gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dpat dicegah atau disembunyikan. Kemudian ia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan (Langgulung, 1986: 23) :
1.      Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa
2.      Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3.      Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental
4.      Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental

Ternyata program Beers ini mendapat respon yang positif dari kalangan masyarakat  teritama kalangan para ahli, seperti William James dan seorng Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Kemudian Adolf Mayer memberikan nama pada gerakan tersebut adalah mental hygiene. Lalu pada tanggal 19 Februari 1909 didirikanlah National Comitye Siciety for Mental Hygiene; disini Beers diangkat menjadi sekertarisnya. Organisasi ini bertujuan untuk :
1.      Melindungi kesehatan mental masyarakat
2.      Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental
3.      Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait didalamnya
4.      Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5.      Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.

Gerakan kesehatan mental terus berkembang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibe;ahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui Worl Federation for Mental Health dan Worl Health Organization.

Sumber : Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press

Pendekatan Kesehatan Mental

Orientasi Klasik

Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

 Orientasi Penyesuaian Diri

Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

Orientasi Pengembangan Potensi

Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar