Minggu, 24 Maret 2013

TULISAN 3


Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan Personal

Penyesuaian diri adalah konspe yang di deskripsikan sebagai adaptasi dan mempertahankan eksistensinya atau bisa survive dan memperoleh kesejahteraan jasmaniah dan rohaniah, serta dapat mengadakan relasi yang memuaskan dengan tuntutan sosial. Penyesuaian dapat juga diartikan sebagai konformitas, sehingga bisa mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustrasi-frustrasi secara efisien.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas, menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral, sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwapenyesuaian diridimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang akan berdampak juga pada pertumbuhan personalnya. Jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik di lingkungan sekitarnya apalagi di lingkungan baru, maka pertumbuhan personalnya juga akan mengalami peningkatan. 
Sekarang, apa itu pertumbuhan personal? Pertumbuhan adalah proses yang mencakup pertambahan dalam jumlah dan ukuran, keluasan dan kedalaman. Prof. Gessel mengatakan, bahwa pertumbuhan pribadi manusia adalah proses yang terus-menerus. Semua pertumbuhan terjadi berdasarkan pertumbuhan yang terjadi sebelumnya.
Carl Rogera (1961) menyebutkan 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan :
        1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri, atau menyadari kenyataan.
        2.  Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali, dan  
        3.  Keinginan yang terus menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain. 

Factor yang mempebgaruhi pertumbuhan personal ;
1.            Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
2.             Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
3.            Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.

Selain itu, ada satu hal yang tidak kalah penting berkaitan dengan penyesuaian diri dan pertumbuhan personal adalah komunikasi. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka penyesuaian diri dan pertumbuhan personal seseorang juga akan berjalan baik.

Sumber : Semium, yustinus.2006.kesehatan mental 1.kanisius:Jakarta
Christensen.j.paula.2009.proses keperawatan.buku kedokteran EGC : Jakarta

TULISAN 2


Teori Kepribadian Sehat

Kepribadian adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah dilontarkan. Menurut allport (1937) ia menemukan bahwa ada hampir 50 definisi berbeda yang digolongkannya kedalam sejumlah kategori. Allport sendiri memandang “kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya”.
Sehat merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang sadar akan hal tersebut.

3 mazhab dalam psikologi

Aliran Psikoanalisa 

Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia.
Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki oleh manusia. Manusia pada dasarnya ditentukan oleh energi psikis dan pengalaman-pengalaman dini.

Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
·         Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut    pola perkembangan yang ilmiah.
·         Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
·         Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
·         Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
·         Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan dan keinginan
Dalam aliran Psikoanalisa ini bisa dibilang manusia adalah korban tekanan biologis dan konflik masa kanak-kanak. Aliran ini melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar (id,ego,superego) mimpi dan masa lalu.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
- Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan menghindari yang tidak menyenangkan.
- Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
- Super Ego merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis.
Sigmund freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang terganggu secara emosional, bukan kebribadian yang sehat; atau kebribadian yang paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan  biologis dan konflik masa kanak-kanak.
Freud mengumpamakan pikiran manusia sebagai fenomena gunung es. Bagian kecil yang tampak diatas permukaan air menggambarkan pengalaman sadar, bagian yang jauh lebih besar di bawah permukaan air yang menggambarkan ketidaksadaran aeperti impuls, ingatan. Nafsu dan hal lain yang mempengaruhi pikiran dan perilaku.
Meskipun masing-masing bagian dari kepribadian total ini mempunyai fungsi,sifat,komponen,prinsip kerja,dinamisme,dan mekanismenya sendiri,namun mereka berinteraksi begitu erat satu sama lain sehingga sulit(tidak mungkin)untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia.Tingkah laku hampir selalu merupakan produk dari interaksi diantara ketiga sistem tersebut,jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya.

Aliran Behavioristik

Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958)

Aliran behaviorisme mempunyai 3 ciri penting.
      1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
      2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
     3.  Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan itu. Salah satu penganut watson yang sangat besar masukannya untuk perkembangan behaviorisme adalah B.F. Skinner. Aliran ini memandang manusia seperti mesin yang dapat dikendalikan perilakunya lewat suatu pengkondisian. Ini menganggap manusia yang meberikan respon positif yang berasal dari luar. Dalam aliran ini manusia di anggap tidak memiliki sikap diri sendiri.
Jadi menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.

Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri
4.Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Pandangan behavioristic dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu.Bagi mereka yang beraliran kognitif.Pandangan bandura dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristic lainnya.Oleh karena teorinya disebut teori belajar social atau modeling.Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku,kognitif dan lingkungan.Teorinya ini juga di dukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan.
Singkatnya,Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar.Bandura membuka perspektif baru dalam aliran behavioristic dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu.Bagi mereka yang beraliran kognitif,pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap disbandingkan pandangan ahli behavioristic lainnya.
Teori utama dari Albert Bnadura adalah observational learning atau modeling adalah factor penting dalam proses belajar manusia

Aliran Humanistik

Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.

Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas,  atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.

Sumber : 1. Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta : Kanisius
2. Riyanti, Dwi B.P., Prabowo, Hendro. (1998). Seri diktat kuliah psikologi umum 2.Depok: Universitas Gunadarma.
3. Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo.(1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta. Gunadarma
4. Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta:Rajawali Pers.

TULISAN 1


Konsep Sehat

Kesehatan adalah salah satu konsep yang sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. Factor yang berbeda menyebabkan sukarnya mengidentifikasikan kesehatan, kesakitan dan penyakit (Gochman, 1988; De Clercq, 1993).
Sedangkan menurut “World Health Organization” pada tahun 1947, kesehatan diartkan sebagai :
“… keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental (rohani) dan social, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan…”
Itu adalah beberapa konsep sehat dari beberapa sumber yang saya dapatkan, namun kalau menurut saya sendiri konsep sehat adalah keadaan dimana fisik dan mental seseorang dapat bekerja dengan normal sesuai dengan fungsinya masing-masing sehingga kita dapat menikmati hidup.

Sumber : Smet,Bart. 1994. Psikologi Kesehatan. JKT. PT.Grasindo

SejarahKesehatan Mental

Secara umum secara historis kajian kesehatan mental terbagi dalam dua periode yatitu periode ilmiah dan periode pra-ilmiah.

     1.    Periode Pra-Ilmiah (Primitif)

    Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental sudah muncul dalam konsep primitive animeisme, ada kepercayaan bahwa dunia di kuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Orang ada zama dulu percaya bahwa angin bertiup, ombang mengalun, batu berguling dan pohon tumbuh karena adanya pengaruh rih yang tinggal di dalamnya. Dan orang yunani percaya bahwa gangguan mental dapat terjadi karena kemarahan dewa dan membawa pergi jiwanya. Dan untuk menghindari kemarahan dewa mereka melakukan sesaji dengan mantra dan diadakannya korban (tumbal).

Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan revolusioner dalam pengobatan seperti pendekatan naturalism ( aliran yang berpendapat kalau gangguan mental atau fisik adalah akibat dari alam). Dan Hipocrates menolak adanya pengaruh dari roh, dewa, setan atau hantu. Kemudia ide naturalistic ini dikembangkan oleh Galen, seorang tabib dalam pembedahan hewan.

Selanjutnya pendekatan naturalistic tidak dipergunakan lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorag dokter dari prancis, Phillipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan social untuk memecahkan masalah penyakit mental. Setelah ia terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris, pasien yang maniac atau memiliki penyakit mental di rantai, diikat di tembok dan di tempat tidur. Pasien yang telah dirantai kurang lebih selama 20 tahun dan dipandang sangat berbahaya jika dibawa berjalan-jalan di sekitar rumah sakit, akhirnya diantara mereka banyak yang berhasil dan tidak menunjukan lagi kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.

     2.    Periode Ilmiah (Modern)

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan ganguan mental, yaitu dari irrasional dan tradisional ke sikap dan cara yang rasional dan ilmiah. Itu terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika Serikat pada tahun 1738. Pada saat itu Benyamin Rush (1745-1813) sedang menjadi anggota staff medis di rumah sakit Penisylvania. Di rumah sakit terdapat 24 pasien yang dianggap mengidap sakit ingatan atau orang gila yang disebut lunaties. Pada saat itu masih sedikit sekali ilmu tentang penyakit kegilaan dan kurangnya pengetahuan untuk menyembuhkannya. Akibatnya seluruh pasien dikurung di dalam sel yang saluran ventilasinya sangat kurang dan sekali-sekali mereka diguyur menggunakan air.

Rush memberikan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang mengalami gangguan mental tersebut dengan memberikan motivasi untuk mau bekerja, rekreasi dan mencari kesenangan.

Perkembangan abnormal dan psikiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi suatu body of knowledge bersamaan dengan gerakan-gerakan yang teroganisir. Perkembangan kesehatan mental juga dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford Whittingham Beers. Kedua tokoh tersebut banyak mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Usaha dari Dorothea Lynde Dix mula-mula diarahkan pada para penderita gangguan mental di rumah sakit. Kemudian diperluas kepada para penderita gangguan mental yang dikurung di rumah-rumah penjara. Dalam pekerjaan Dix ini merupakan faktorpenting dalam membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental.

Pada tahun 1909 gerakan kesehatan mental secara formal mulai muncul. Beers meyakini bahwa penyakit atau gangguan mental dpat dicegah atau disembunyikan. Kemudian ia merancang suatu program yang bersifat nasional tujuan (Langgulung, 1986: 23) :
1.      Mereformasi program perawatan dan pengobatan terhadap orang-orang pengidap penyakit jiwa
2.      Melakukan penyebaran informasi kepada masyarakat agar mereka memiliki pemahaman dan sikap yang positif terhadap para pasien yang mengidap gangguan atau penyakit jiwa
3.      Mendorong dilakukannya berbagai penelitian tentang kasus-kasus dan pengobatan gangguan mental
4.      Mengembangkan praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental

Ternyata program Beers ini mendapat respon yang positif dari kalangan masyarakat  teritama kalangan para ahli, seperti William James dan seorng Psikiatris ternama, yaitu Adolf Mayer. Kemudian Adolf Mayer memberikan nama pada gerakan tersebut adalah mental hygiene. Lalu pada tanggal 19 Februari 1909 didirikanlah National Comitye Siciety for Mental Hygiene; disini Beers diangkat menjadi sekertarisnya. Organisasi ini bertujuan untuk :
1.      Melindungi kesehatan mental masyarakat
2.      Menyusun standar perawatan para pengidap gangguan mental
3.      Meningkatkan studi tentang gangguan mental dalam segala bentuknya dan berbagai aspek yang terkait didalamnya
4.      Menyebarkan pengetahuan tentang kasus gangguan mental, pencegahan dan pengobatannya
5.      Mengkoordinasikan lembaga-lembaga perawatan yang ada.

Gerakan kesehatan mental terus berkembang, sehingga pada tahun 1075 di Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental. Dibe;ahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui Worl Federation for Mental Health dan Worl Health Organization.

Sumber : Rochman, Kholil lur. 2010. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Fajar Media Press

Pendekatan Kesehatan Mental

Orientasi Klasik

Orientasi klasik yang umumnya digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental. Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak sehat mental.

 Orientasi Penyesuaian Diri

Dengan menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya? Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’ pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri, kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam lingkungannya.

Orientasi Pengembangan Potensi

Seseorang dikatakan mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat  kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Dalam psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan. Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa kesehatan mental hanya
sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat, karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.